BAB I
PENDAHULUAN
- A. LATAR BELAKANG
Bimbingan dan Konseling (BK) dahulu Bimbingan dan Penyuluhan (BP) merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem pendidikan di sekolah. Banyak persepsi yang ditujukan terhadap BK di sekolah. Siswa, guru, orang tua/wali murid dan warga masyarakat masih banyak yang belum mengetahui dan memahami BK di sekolah. Mereka memiliki persepsi yang berbeda-beda. Ada yang menafsirkan BK adalah tempat menyelesaikan masalah. BK adalah tempat pemberian hukuman. BK merupakan tempat yang menyeramkan dan menakutkan, karena guru BKnya galak, garang, sadis dan main pukul/ tempeleng, sehingga timbul kesan bahwa guru BK adalah polisi sekolah , sebagaimana pendapat Kartono (2007): Peran konselor dengan lembaga bimbingan konseling ( BK ) direduksi sekadar sebagai polisi sekolah ( http://tinaesti.wordpress.com ).
Dunia persepsi adalah suatu dunia yang penuh arti. Mempersepsi tidaklah sama dengan memandang benda dan kejadian tanpa makna. Yang dipersepsi seseorang selalu merupakan ekspresi-ekspresi, benda-benda dengan fungsinya, tanda-tanda serta kejadian-kejadian. Seperti kata Leavitt “persepsi merupakan pandangan atau bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu” (Sobur, 2003:445). Semua yang dipersepsi itu mempunyai arti tersendiri dalam pikiran. Misalnya saja, siswa yang datang terlambat ke sekolah atau melanggar tata tertib sxekolah, kemudian dipanggil ke ruang bimbingan dan konseling (BK) untuk menghadap konselor, maka siswa-siswi tersebut akan memiliki pandangan atau anggapan bahwa konselor sekolah adalah sosok orang yang galak, yang biasanya hanya menghukum dan mengatur para siswanya. Read the rest of this entry »